Minggu, Agustus 31, 2014

Pertama kali

Empat tahun lalu, tepatnya Agustus 2010, adalah pertama kali saya memberanikan diri untuk berpergian ke luar negeri. Sebuah proses yang cukup panjang untuk akhirnya saya berhasil melakukan perjalanan tersebut,perjalanan ke sebuah Negara berpenduduk kurang lebih 84 juta jiwa, Vietnam.

Proses pemberanian diri saya melakukan perjalanan ini dimulai dari akhir tahun 2009, ketika mendapati sebuah informasi dari seorang teman bahwa AirAsia Indonesia sedang mengadakan promosi harga tiket Rp 0,-  ke semua rute yang dilalui. Tak hayal, saya langsung semangat untuk melakukan pemesanan, dengan terlebih dahulu menyiarkannya kepada beberapa teman dekat saya. Saya dapati satu sahabat yang sudah saya kenal sejak bangku Sekolah Menengah Atas yang menyatakan keinginannya untuk ikut saya menjelajah sedikit negara Vietnam, tepatnya kota Ho Chi Minh.

Pemesanan yang tidak terlalu memakan waktu hingga akhirnya kami mendapati e-ticket melalui e-mail sebagai tanda kami telah berhasil melakukan pemesanan.

Kurang lebih sepuluh bulan tersisah waktu sebelum tanggal keberangkatan kami menuju Ho Chi Minh, Vietnam, namun rasanya berjuta pertanyaan yang beberapa berupa kekhawatiran dan beberapa lainnya berupa kehebohan tidak seberapa jelas terasa terbagi rata bersemayam sebagian di otak dan sebagian di hati.

Kenyataan bahwa pada saat melakukan pemesanan tiket belum memiliki paspor adalah salah satu masalah utama yang harus kami selesaikan dalam jangka sepuluh bulan tersebut, dan mengingat status kami berdua pada saat itu adalah mahasiswa dengan uang saku yang tidaklah seberapa, mungkin hanya sebesar empat porsi bakso berkuah pada tahun tersebut, jadilah kami memerlukan waktu untuk mengumpulkan uang demi mendapati sebuah paspor, identitas yang memperbolehkan kita untuk berpergian ke luar negeri.

Dua bulan adalah waktu yang ternyata kami butuhkan setelah pemesanan tiket untuk akhirnya dapat mengurus paspor, sendiri tanpa calo, tolong digarisbawahi. Perasaan sangat bangga dan lega bercampur aduk saat pertama kali memegang buku berwarna hijau yang seukuran saku celana tersebut, ya, tampak sedikit berlebihan memang, tapi itulah kenyataan yang saya dan sahabat saya rasakan.

Paspor terselesaikan, proses lain yang tak kalah menguras tenaga dan pikiran kami adalah mengumpulkan uang demi semua kerpeluan perjalanan kami, mulai dari Pajak Bandara, biaya penginapan, makan dan keperluan lainnya selama tiga hari dua malam di Ho Chi Minch, Vietnam. Tapi, memang benar sebuah pepatah yang mengatakan “Selalu ada jalan dimana ada niat”. Perjuangan menyisihkan sebagian uang jajan dan juga penghasilan yang didapat dari bekerja lepas untuk beberapa event tidaklah sia-sia. Sampai tiba waktunya, Agustus 2010, ketika jadwal penerbangan kami sudah di depan mata, tidak ada kekurangan, justru nikmat yang sangat berlebihan dari terpuaskannya rasa penasaran bagaimana perjalanan ke luar negeri itu terjawabkan.

Oh ya, terdengar bodoh mungkin, tapi benar adanya. Saat itu, kurang empat hari dari tanggal perjalanan kami. Sebuah kebiasaan saya yang selalu menggunakan celana pendek dan sandal jepit kemanapun berpergian yang diartikan sebagai liburan sempat membuat saya khawatir. Pertanyaan muncul di kepala, terlebih ketika ada segelintir orang yang mengatakan saya harus menggunakan sepatu dan celana panjang agar tidak tertahan di imigrasi negara tujuan, entah sebuah masukan yang bermaksud menjadi lelucon, tapi secara sadar dan polos saya pun menanyuakan hal tersebut kepada beberapa teman saya yang sudah pernah melancong ke luar negeri sebelumnya. Alhasil, sebuah kepercayaan diri yang sempat terkikis karena lelucon dari beberapa orang terpahat lagi. Hari H, sebuah kaos dari Bali, celana pendek dan sandal jepit menjadi pilihan pakaian yang saya kenakan.


Agustus 2010, menjadi sejarah untuk hidup saya yang pertama kali melakukan perjalanan ke luar negeri, juga menjadi sejarah bagaimana AirAsia Indonesia benar-benar mengubah hidup saya, sebuah promosi yang mungkin untuk sebagian besar orang hal biasa, tapi promosi tersebut sudah membangkitkan keberanian dan jiwa petualan saya. Sebab semenjak itu sampai sekarang, tidak kurang dari lima belas kali saya telah melakukan perjalanan menapaki jejak di beberapa negara di Asia Tenggara, sampai pernah, satu bulan menyusuri Thailand mulai dari selatan sampai utara.


0 comments:

Posting Komentar

 
ss_blog_claim=c2f27b364ef7acd74baa6421e2336682 ss_blog_claim=c2f27b364ef7acd74baa6421e2336682